Pemerintah Langgar Hukum, Nadiem dicari Mahasiswa, Digital Tax, Maladewa dibuka

653

Thursday again.

Hi, there. Welcome back. These past few days we’ve been receiving so much love for how our emails have been very useful in catching you up! with important headlines from around the world. As you know, subscribing to us is always free, but sometimes we have to stay up all night to create the email and we’ve been depending on gallons of black coffee to do that.

Today, as you’re sipping yours, we want to let you know again that you can get us some coffee, too. It will help us stay awake, pay for our NYT subscription, feed our cats, and get our IT guy a raise. Head up to this link, and just choose. Thank you again for inviting us to your inbox.


Who’s guilty as charged?

Gambar: twitter.com

The government.

Eh?
Iya, specifically, Pak Jokowi dan Menkominfo.

Hah kenapa?
Inget nggak pas tahun lalu terjadi aksi massa di Papua? Waktu itu, pemerintah di bawah Pak Jokowi dan Menkominfo waktu itu, Pak Rudiantara, melambatkan dan memblokir akses internet di provinsi paling timur tersebut. Nah kemarin, majelis hakim memutuskan bahwa tindakan pemerintah itu salah.

Whoaaaa give me some background.
You got it. Jadi tahun lalu itu terjadi tindakan rasisme terhadap mahasiswa Papua di Surabaya. Kejadian ini kemudian menyebabkan situasi di tanah air memanas, khususnya di berbagai wilayah Papua dan Papua Barat. Dalam kejadian tersebut, suasana sempat mencekam karena juga terjadi pembakaran dan pengrusakan berbagai fasilitas umum.

Go on…
Terkait rangkaian kejadian ini, pemerintah pusat kemudian ngide untuk memperlambat terus ngeblokir akses internet di seluruh Papua dan Papua Barat. Alasannya, untuk menghindari terjadinya penyebaran hoax, yang disebut pemerintah bisa bikin situasi makin parah. Pelambatan akses (throttling) terjadi pada 19-20 Agustus 2019, kemudian pemutusan akses internetnya dari 21 Agustus-4 September 2019, terus masih diperpanjang lagi sampe 11 September 2019.

….
We know what you’re thinking. Anyway, atas kebijakan ini, kelompok masyarakat sipil, namanya SAFEnet (South East Asia Freedom of Expression Network) dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) kemudian menggugat Pak Jokowi dan Menkominfo ke pengadilan. Menurut mereka, hal itu nggak sesuai sama UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers. Kalau emang mau ngeblokir, seharusnya diumumkan oleh Presiden dan dikasih tau berapa lama diblokirnya.

I see, and?
Yaudah, kemarin PTUN Jakarta mengumumkan putusannya yang menyebut bahwa pemerintah, dalam hal ini Pak Jokowi dan Menkominfo bersalah. Hakim juga menyebut bahwa tergugat harus menghentikan dan nggak mengulangi seluruh perbuatan pelambatan dan pemutusan akses internet di seluruh wilayah Indonesia.

Terus, terus pemerintah ada komentar gak?
Ada donk. Nggak lama setelah divonis bersalah, Menkominfo Johnny G Plate bilang bahwa dia menghargai keputusan hakim, tapi juga pihaknya bakal ngobrol dulu sama Jaksa Pengacara Negara untuk bahas langkah pemerintah selanjutnya. Selain itu, Pak Johnny juga bilang bahwa Pak Jokowi itu dalam mengambil kebijakan tentu untuk kepentingan negara, bangsa dan termasuk rakyat Papua.

Anything else I should know?
Well, ada kejadian ga biasa pas sidang putusan kemarin gengs. Jadi kan sidangnya disiarin langsung via Zoom, nah ternyata siarannya sempat dibajak. Pas di tengah persidangan, tiba-tiba nongol beberapa orang asing yang ngomong, nyanyi, dan ngirim pesan yang nggak senonoh. Menyaksikan hal ini, panitia langsung mengeluarkan para peretas tersebut dan sidangnya dilanjutkan kembali secara lebih kondusif.


What’s trending on Twitter?

Gambar: cnnindonesia.com

The hashtag #MendikbudDicariMahasiswa.

Oh iya itu kenapa sih?
Jadi hashtag yang diinisiasi sama akun Twitter @AliansiBEM_SI itu berisi tuntutan yang meminta digelarnya audiensi antara mahasiswa dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makariem.

First thing first. BEM SI adalah?
It stands for Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia, yang merupakan aliansi BEM perwakilan dari 150 PTN dan PTS di seluruh Indonesia.

Dan mereka menuntut untuk…
Ada audiensi sama Mas Menteri terkait kondisi pendidikan saat ini. Jadi dalam keterangannya, BEM SI menyebut bahwa mereka sejak 2 Mei lalu minta audiensi sama Mas Menteri, tapi permintaan itu nggak digubris. Mereka menyebut bahwa kalo masih aja dikacangin, mereka siap mendatangi kantor Kemendikbud untuk menyuarakan tuntutan.

Emang tuntutannya apa?
Salah satu di antaranya adalah relaksasi atau penurunan biaya UKT aka Uang Kuliah Tunggal. Disebutkan BEM SI bahwa hasil survei internal menunjukkan 83,4 persen mahasiswa mengalami perubahan atau penurunan penghasilan orang tua selama pandemi. Selain itu, sebanyak 76,9 persen mahasiswa juga nggak punya jaminan untuk bayar biaya kuliah semester depan.

Go on…
Selain itu, para mahasiswa juga menuntut biar pemerintah bisa secara tegas mengimbau kampus-kampus untuk ngasih bantuan berupa kuota internet, logistik, dan kesehatan buat para mahasiswa di tengah Covid-19. Menurut mereka, di saat pandemi ini maka pengeluaran mahasiswa jadi naik gara-gara harus beli kuota internet, ditambah juga jadi stuck di sekitar kampus karena nggak bisa mudik.

Makes sense.
Right. Selain itu, mereka juga mau membahas hal-hal lain kayak dana BOS, kesejahteraan guru honorer, sampe isu pembelajaran jarak jauh di Indonesia yang belum siap.

I see. Terus kata Kemendikbud apa?
Kemendikbud sih bilang kalau nggak ada kenaikan UKT di masa corona. Menurut Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Nizam, kenaikan UKT pada beberapa PTN (Perguruan Tinggi Negeri) adalah keputusan yang diambil sebelum ada pandemi. Kenaikan UKT-nya juga cuman berlaku untuk mahasiswa baru, dan sesuai kemampuan ekonomi ortu mereka.

Terus jadi ketemu?
Nah kalo soal itu, Pak Nizam bilang bahwa dirinya belum pernah nerima surat dari BEM SI. Selain itu kalo soal diskusi, pemerintah sih akan dengan senang hati ketemu sama para mahasiswa, via daring of course. 


Who’s feeling unhappy about our digital tax?

Gambar: mediaindonesia.com

Maksudnya pajak digital yang katanya bakal bikin biaya langganan Netflix, Spotify, Apple Music, sampe game-game online jadi kena PPN 10 persen? ME.
Ehehehe bukan kamu doang. Tapi Presiden Amerika Serikat Donald Trump juga.

I feel like I’ve been hearing his name too often this week. 
Aahahaha bear with it 😛 Anyway,
jadi balik lagi ke soal PPN ini, Selasa kemarin, pemerintahannya Trump bilang bahwa mereka bakal melancarkan investigasi ke negara-negara yang punya digital tax kayak India, Italia, Australia, Turki, Indonesia…

Kenapa diinvestigasi?
Yha secara kan tech giant kayak Apple, Netflix, Facebook dll. itu semua headquarters-nya di Amerika Serikat. Jadi Trump, lewat kamar dagangnya, aka US Trade Representative (USTR), bilang bahwa pemerintahannya bakal menginvestigasi nih, apakah kebijakan pajak ini diskriminatif dan nyusain bisnisnya perusahaan-perusahaan digital tadi, apa enggak.

Advertisement

Hah bisa ya?
Bisa donk. Emang akhir-akhir ini, para politisi baik dari Partai Demokrat maupun Republik, termasuk juga tech giants kayak Amazon, Facebook, dan Google udah menyampaikan concern mereka bahwa kebijakan pajak ini secara nggak adil menarget ke perusahaan-perusahaan Amerika. Selain itu, para pihak ini juga berargumen bahwa kalo mau narik pajak digital, harusnya diputuskan bersama secara multilateral, gaboleh ngambil keputusan sendiri…

Terus kalo terbukti aturannya diskriminatif?
Yha bisa aja AS “membalas” dengan memberlakukan tarif yang tinggi untuk barang impor kita yang masuk ke Amrik.

Lha terus pemerintah kita ada komentar gak?
Belum nih. Kemarin, Menteri Keuangan Bu Sri Mulyani bilang bahwa soal pajak digital itu, dia nggak mau jawab dulu.


When you can’t decide your honeymoon destination…

Gambar: cnn.com

Get ready, because Maldives is reopening.
Yep, negara yang jadi tempat favorit orang-orang bulan madu, yaitu Maladewa, baru aja mengumumkan minggu lalu bahwa mereka bakal mulai menerima turis lagi. Keputusan ini diambil setelah pada Maret lalu, negara kepulauan ini menutup seluruh perbatasannya sebagai upaya menghambat penularan Covid-19.

Nah rencananya, pada Juli mendatang, Maladewa akan mulai menerima turis lagi tapi dengan berbagai ketentuan, kayak membawa sertifikat hasil tes Covid-19 yang negatif dan tesnya dilakukan dalam 14 hari sebelum mendarat di Maladewa. Dalam keterangannya, Menteri Pariwisata Ali Waheed menyebut bahwa negaranya nggak bisa menutup perbatasan terlalu lama. Selain itu, beliau juga menyebut bahwa dampak Covid-19 terhadap Maladewa lebih buruk dibanding bencana tsunami yang terjadi di tahun 2004 dan krisis finansial global yang terjadi pada 2008 lalu. FYI gengs, update terakhir Maladewa punya 2.000 kasus Covid-19 yang positif dan lima di antaranya meninggal.


“Kalo lahir masih saat pandemi Covid, nama bayinya kira2 apa?”

Tanya Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat ngomentarin soal berita naiknya angka kehamilan di beberapa daerah di Jabar kayak Cirebon dan Tasikmalaya pada saat terjadi pandemi Covid-19 di Instagramnya.

We’re thinking about SARSabila Corona Virusa-19. Beat that, Elon Musk.


Angel’s Stories 

1. Kejadian ini terjadi beberapa tahun lalu, sih. Saat masa PKL gue yang jauh banget dari rumah (FYI gue domisili Jakarta dan dapat tempat PKL di Manado). Ada momen saat gue sakit dan mesti diopname di RS sana. Berat banget rasanya saat kabarin keluarga, apalagi mereka juga ga bisa nyamperin ke Manado karena tiket pesawat yang quite pricey dan kondisi ekonomi lagi ga memungkinkan. Jadinya gue hanya dikunjungi kerabat kerja dan ibu kos aja. Nah, momen yang sampe sekarang bikin gue merinding kalo inget. Pas jam makan siang dan udah dikasih plate makan dari RS, saat itu gue lagi sendiri ga ada kerabat kerja yang berkunjung. Gue bengong, sedih, sambil gue liatin aja itu makanan, tiba-tiba ada ibu penjaga pasien bilik sebelah ngehampirin lalu ngajak ngobrol, “Kamu kenapa? Kok diliatin aja makanannya?” Lalu gue cerita keadaan gue gimana. Terus dia lanjut bantu buka plate makan gue. “Sini ibu bantu buka, sama suapin makanan ke kamu, udah ga usah sedih lagi, kalo ada apa-apa bilang ke ibu aja, anggep ini ibu kamu sendiri ya.” :’) Mau nangis kejer aja rasanya. I didn’t even ask her name, what I know is that God has sent me an angel. :’) Semoga ibu yang udah bantu gue saat itu senantiasa diberkahi hidupnya oleh Tuhan, terima kasih, bu.
-Paul, Jakarta-

2. Saya anak SMA. Mondok lebih tepatnya. Di pesantren, alhamdulillah saya diberi kemampuan lebih, dan setiap ulangan saya selalu belajar bareng temen-temen saya, menjelaskan kembali apa yang saya pahami dengan bahasa saya. Bahkan kalo lewat depan adek kelas, saya terkadang diminta ngajarin. Hal yang paling menyenangkan adalah ketika selesai ulangan dan mereka nyamperin saya sambil bilang, “Kak, makasih ya. Yang tadi kakak jelasin keluar di ulangan.” Di situ rasanya hati saya sangat senang. Dari sini saya paham bahwa berbuat baik sangat menyenangkan dan bisa dilakukan sesuai kemampuan kita, tidak harus berupa materi.
-NS-

3. Enggak hari ini banget sih. Baru-baru ini lah. Aku tinggal di apartemen dan biasanya orang bilang apartemen itu individualis, enggak kenal tetangga. Tapi apartemen kami beda, tetangga deket, arisan jalan, “guyub” lah kalo kata orang Jawa. Alhamdulilah penghuni apartemen sih banyak yang WFH ya. Sayangnya banyak pihak yang enggak bisa WFH demi ribuan penghuni ini bisa #dirumahaja. Security, cleaning service, engineering, gardener, petugas gondola, sampe building management. Salah satu tetangga berinisiatif buat ngumpulin dana dari warga tower kami untuk membelikan madu, vitamin, dan beberapa essentials lain buat para pekerja itu. So grateful for them. Tanpa mereka, sampah mungkin numpuk di ruang sampah. Lorong gak ada yg bersihin. Lobi juga enggak dijaga.
-Nad, Jakarta, @nadiasarasati-

(We believe that angels, just like superheroes and cats, come in different costumes, but they’re here for the same reasons: to make our days brighter, our smiles wider, and our feelings happier. So during these uncertain times, we’ve decided to replace the love letter with stories about kindness, because now more than ever, our community needs that. Shoot us your kindness stories here (can be something you see or experience first hand (or no), basically, anything!) and we will feature it here. Come, share us your versions of angels!)


Catch Me Up! Recommendations

Learn a new skill, such as becoming a digital marketer, during this pandemic. 

Advertisement