It’s Tuesday! While it’s finally sunny here in our HQ, we also would like to take you to sunny Hollywood…
Gambar: NY Times
AKA The Oscars.
OK great. Walk me through.
Whoa. What is this movie about?
Huft baiklah. Terus apa lagi?
What about the actors and actresses?
Meanwhile…
I heard something about diversity, too…
Urgh. We don’t accept discrimination structurally, and we don’t accept it spiritually.
For when you’ve been enjoying bacon for breakfast…
Gambar: Antara News
You might want to know more about this #savebabi campaign.
Huh? apatu?
Kemarin, ribuan massa yang menamakan dirinya #gerakansavebabi melakukan aksi long march di depan gedung DPRD Sumatera Utara.
Heh… ngapain?
Jadi dalam long march–nya, peserta aksi yang kebanyakan adalah para peternak, pengusaha kuliner, hingga pencari makan ternak babi yang datang dari berbagai daerah di Sumatera Utara itu, menuntut pemerintah untuk turun tangan terkait munculnya penyakit African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika dan Hog Cholera (Kolera Babi). Selain itu, mereka juga datang ke kantor DPRD Sumut untuk memprotes isu terkait rencana Pemprov Sumut yang katanya bakal melakukan pemusnahan ternak babi terkait wabah penyakit tadi.
Are they really going to do that, though?
Nggak sih. Kata Pemprov Sumut, pihaknya nggak akan memusnahkan babi karena hal itu bertentangan dengan peraturan pemerintah tentang kesejahteraan hewan. Selain itu, Gubernur Sumut Pak Edy Rahmayadi juga bilang bahwa yang mau dimusnahkan bukan babinya, tapi penyakitnya.
Oh gitu. Terus pemerintah do something nggak about this disease?
Yoyoy. Pemprov Sumut bilang bahwa pihaknya lagi berusaha keras menghentikan penularan virus ASF dengan melakukan banyak tindakan, kayak menghentikan lalu-lintas distribusi babi, membuat posko reaksi cepat, disinfektan, hingga pendataan babi. FYI, sampe kemaren, virus babi ini telah menewaskan hampir 47 ribu ekor babi di Sumut aja. Selain itu, belum ditemukan vaksin untuk wabah ASF, sedangkan untuk hog cholera sih udah ada.
I see. Tell me more about this #savebabi thing…
You got it. Jadi dalam lima bulan terakhir, para peternak babi di tanah Batak terus mengalami kerugian karena hewan ternaknya nggak laku akibat kemunculan berbagai virus ini. Massa menyebut, babi adalah sumber perekonomian mereka dan selain itu, babi juga memiliki kedaulatan sendiri dalam adat Batak, makanya babi nggak boleh dimusnahkan.
Amen to that. Terus ada komentar nggak dari anggota DPRD-nya?
Ada donk. Gak lama setelah massa berorasi di depan gedung DPRD Sumut, seorang anggota DPRD, namanya Viktor Silaen, hadir untuk menemui para pendemo. Dalam jawabannya, Viktor menyampaikan berbagai hal; yaitu pertama, nggak bakal ada yang namanya pemusnahan babi. Kedua, dalam hal penanggulangan berbagai virus tadi, pihak Pemprov juga udah kerjasama dengan pemerintah pusat, dan terakhir, Viktor menyebut bahwa nggak ada larangan buat mam babi karena virus-virus tadi nggak menyebar ke manusia. Dengan adanya penjelasan ini, massa pun membubarkan diri dengan damai dan mereka nggak jadi lanjut demo ke kantor gubernur.
Boy, this is why we love democracy.
Who’s just voicing our concern?
Gambar: CNBC Indonesia
WHO aka World Health Organization.
Kemarin, organisasi kesehatan internasional ini baru aja menyampaikan concern-nya terkait deteksi coronavirus di Indonesia. Menurut WHO, mereka khawatir Indonesia nggak bisa mendeteksi coronavirus karena sampe saat ini Indonesia belum melaporkan satu pun kasus coronavirus yang terdeteksi positif. Padahal di negara lain, virus ini udah menginfeksi lebih dari 40 ribu orang. Selain itu, negara-negara tetangga sekeliling Indonesia kayak Singapura, Australia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Kamboja, hingga Australia juga udah melaporkan penemuan kasus coronavirus yang terjadi di negaranya. Terkait hal ini, WHO juga meminta Indonesia untuk meningkatkan sistem pengawasan, pemantauan, sistem deteksi, dan persiapan lainnya di setiap fasilitas kesehatan yang ditunjuk untuk menangani coronavirus.
Is it just us, or do you also agree with WHO?
“Thank you. I will drink until next morning, thank you.”
Kata sutradara asal Korea Selatan, Bong Joon-ho, yang baru aja memenangkan piala Oscar sebagai sutradara terbaik atas filmnya yang berjudul Parasite kemarin. Bong yang merupakan sutradara pertama asal Korea Selatan yang memenangkan piala Oscar itu juga membawa pulang penghargaan untuk tiga kategori lain, yakni Best Picture, Best Original Screenplay, dan Best International Feature Film.
Raise your hand if it’s still Tuesday and you wish you were Bong Joon-ho…
When you realized that animals’ innocence and sincere action will always warm your heart… check this picture. Prepare some tissues.
Catch Me Up! announcement.
Hello there, Catchers! Today, we’re excited to announce that we are ready to take in your writings and publish it here, in this very newsletter! Honestly, if there is one thing that we can learn from our togetherness with you in the past seven months, it is your passion to write! We’ve been receiving numerous questions on whether or not you can send us your writing to be featured here, and the answer is hell yes. Send us in. To our emails.
Check out the hows below:
From: [email protected] (your email)
Subject: Writeup-topic-your name (Contoh: Writeup-football-Philipp Lahm)
Email body:
Your writing, with the following guidelines:
- Topics should be original and about current affairs, pop cultures, national and international issues.
- Submissions should be in MS Word file using 12 points of Times New Roman and 1.5 spacing.
- Accepted submissions will be published every Tuesday.
- Remember that the opinions expressed in the submitted article are of full responsibility of the authors. CMU! is not responsible for the personal opinions expressed by the authors.
If you still have a question about our new and fresh Write Up! section, seriously, write us up to [email protected].
See you in our inbox!