Oh hi, Friday. We miss you. Today, let’s Catch Up! while you’re planning last minute Saturday brunch with your squad…
But before…
Dataviz. Today we decided to act like a responsible adult (read: slept 7 hours last night, ate good dinner, aaaaand talked about kids because nothing screams responsibility louder than having a kid, right? *for us, we’re good with cats, thanks*)
Anywayyyy, dalam Dataviz kali ini, kita bakal ngomongin soal indeks World Health Organization (WHO) soal tumbuh kembang anak. Heran gak kenapa kita tiba-tiba ngomongin soal anak? Jadi gini gengs, semalam, we came accross laporan terbaru WHO soal indeks kesehatan dan kesejahteraan anak di seluruh dunia, and, bummer, peringkat Indonesia ada di nomor 117 dari total 180 negara yang diteliti. Another bummer, ternyata ranking Indonesia ini berada jauh di bawah negara-negara tetangga kayak Singapura (12), Malaysia (44), Vietnam (58), Thailand (64), Filipina (110 dunia), dan Kamboja (114) *HAH KAMBOJA?*
Laporan WHO tadi juga mengimbau negara-negara untuk membuat kebijakan yang melindungi kesehatan, gizi, serta hak anak, dan juga memasukkan kepentingan anak dalam proses pembuatan kebijakan.
Who will get us for writing news like this?

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mas Nadiem Makarim.
Dalam meeting-nya kemarin sama DPR RI, Mas Nadiem bilang bahwa dia punya target untuk bikin Bahasa Indonesia jadi bahasa pengantar di Asia Tenggara.
Hah? But like… ai ngomongnya campur-campur begini…
Tosss. Gpp kok karena Mas Nadiem juga nggak tau apakah hal ini bisa tercapai. Yang pasti, menurutnya, kita harus punya mimpi yang besar.
Terus gimana cara mencapai mimpinya?
Mas Nadiem sih bilang bahwa target itu udah masuk dalam rencana di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud. Saat ini, Kemendikbud masih mendalami strategi-strategi untuk mencapai tujuan tersebut.
Any details?
Not yet, karena masih pembahasan. Selain itu, Mas Nadiem juga menyebut bahwa perlu ada terobosan inovasi dan kemampuan beradaptasi supaya bahasa Indonesia bisa diterima di Asia Tenggara.
Right. Anything else I should know?
Yep. We want to know your thoughts on our mixed language like this, so kindly let us know here (it’s quick, we promise!).
For when we got some updates from Germany…

The Germany shootings.
Pada Rabu malam waktu setempat, terjadi penembakan massal yang dilakukan oleh seorang pria di sebuah shisha bar di Hanau, sebuah kota di Jerman yang deketan sama Frankfurt. Akibat penembakan ini, sembilan orang tewas.
What?
Yep, jadi pada malam itu, sekitar jam 10an, si pelaku yang diyakini merupakan seorang ekstremis sayap kanan mendatangi dua shisha bar yang terletak di wilayah yang banyak imigrannya (shisha itself first started in Turkish community, but now it’s getting more and more popular among young Germans). Abis melakukan penembakan di shisha bar itu, si pelaku kemudian balik ke rumahnya dan pas didatengin polisi, dia udah meninggal dengan luka tembakan—so was his mom.
His mom?
Yep. Kata polisi, kemungkinan besar si pelaku ini nembak ibunya dulu, dan setelah ibunya meninggal, barulah dirinya melakukan bunuh diri.
Tell me more about the victims...
Diyakini bahwa mayoritas dari para korban meninggal dalam peristiwa ini punya background imigran, dan walaupun pemerintah Jerman belum secara resmi mengumumkan kewarganegaraan dari para korban, namun kedutaan besar Turki di Berlin udah ngumumin bahwa lima warga negaranya termasuk ke dalam daftar korban tewas.
Oh no… did the German government say anything about this?
Yep, nggak lama setelah penembakan ini terjadi, Kanselir Jerman Angela Merkel langsung menyampaikan statement-nya. Merkel menyebut bahwa sejauh ini, bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa motif di balik tindakan sang pelaku adalah pandangan ekstremisme sayap kanan, rasisme, dan berangkat dari kebencian atas orang dengan asal, kepercayaan, dan penampilan yang berbeda dengan dirinya. Merkel juga bilang bahwa, “racism is a poison, hatred is a poison.”
Well, do we know the identity of the shooter?
Yep, like, sekitar jam empat subuh tadi banget, otoritas di Jerman mengumumkan identitas pelaku penembakan yang bernama Tobias Rathjen. Tobias ini berumur 43 tahun dan dia punya sebuah website dan akun YouTube (which, udah pada di-takedown sama pemerintah Jerman) yang isinya rasis dan xenophobic banget. Di website-nya itu, Tobias bilang bahwa dia nggak suka sama orang Turki, Maroko, Lebanon, dan Kurdi.
I wonder how the German public react to this…
Well, tentunya penembakan ini ngagetin buat masyarakat Jerman, secara Germany has the strictest gun law in the world, meaning, susah banget emang bisa punya sejata api di Jerman. Menurut data pemerintah Jerman pada 2015, dari total 82 juta penduduk, cuma 1,5 juta orang yang memiliki senjata api. Selain itu, banyak warga Jerman yang turun ke jalan sebagai aksi anti-rasisme dan anti-xenophobia.
Xenopho…
Xenophobia, ini adalah pandangan kebencian terhadap orang dari negara lain (in this case, immigrant) yang lagi rising nggak cuma di Jerman, tapi juga di berbagai negara di Uni Eropa. Kebencian ini biasanya menarget orang-orang imigran dari wilayah konflik kayak Timur Tengah dan Afrika. Di Jerman sendiri, kasus penembakan ini adalah kasus mematikan ketiga dalam setahun terakhir yang dilatarbelakangi sama pandangan xenophobia dan ekstremis sayap kanan tadi.
Who’s getting more and more recognition?

Cast Film Parasite.
Kemarin, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengundang sutradara dan para pemeran film Parasite untuk lunch bareng di Blue House, apparently, the name of the South Korea’s White House.
Anyway, dalam jamuan makan siang itu, Presiden Moon memuji pencapaian yang berhasil diraih film Parasite dalam mempromosikan budaya Korsel. Beliau bilang, awalnya kebudayaan Korsel nggak terlalu diperhatikan secara global, tapi thanks to orang-orang berdedikasi tinggi kayak sutradara Parasite, Bong Joon-ho; K-Pop artists kayak BTS; dan K-Drama (yang baru selesai nonton episode terakhir Crash Landing on You mana suaranyaaaa), kini kebudayaan Korea jadi begitu dikenal di seluruh dunia.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Moon juga menegaskan bahwa pemerintahannya bakal mendukung terus industri hiburan Korsel biar bisa terus berkembang.
“Belum ada progress.”
Kata Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Alexander Marwata pas ditanya wartawan soal progress dari upaya pencarian tersangka dugaan kasus suap Politisi PDIP, Harun Masiku. Harun ini udah jadi buronan selama lebih dari satu bulan dan sampe sekarang, belum ketauan juga di mana rimbanya.
Raise your hand if your PDKT story sounds like this…
Love Letter Catch Up!
Catchers: Hello, pertama makasih banyak nih buat seluruh apdetan nya, serius ini bikin gue jadi lebih suka baca hahaha. Oh ya, berita update tiap hari itu kan pasti kan banyak banget ya, gimana sih caranya kalian memfilter informasi? Thank you
Catch Me Up! HQ: Hello! Yes, tiap hari emang banyak banget berita berseliweran dan kita ada beberapa kriteria untuk menampilkannya ke dalam email newsletter. Yang pertama topiknya, yang pasti kita usahain untuk selalu ada topik nasional, internasional, dan ekonomi. Yang kedua adalah pertimbangan kita tentang seberapa penting isu yang sedang berkembang. Yang ketiga, kita juga punya beberapa isu yang jadi fokus misalnya soal lingkungan, global warming, civic education, dan Ipeh (nama panggilannya si Haifa) suka banget isu soal hewan baik yang lucu-lucuan maupun animal rights. Yang pasti, what we have in mind soal topik ini adalah, kita selalu berupaya memastikan bahwa kamu selalu dapat wawasan baru setiap harinya. We’re so honored to be a part of your morning routine! *kok jadi kayak skincare ya lol*
– Amri –
(Our most favorite part of the day is to know what you think about our newsletter. Thus, we have created this section where you can ask our founder (Haifa), co-founder (Amri), and our COO (Qowi) anything about Catch Me Up! Shoot away your questions here and get a chance to be featured. See you again tomorrow!)
Catch Me Up! Recommendations
If you’re in Jogja and wanna spend your Friday night reciting some of your own original poetry, try this open mic.