Tsai Ing-wen Jadi Presiden Taiwan Dua Periode Berturut-turut, Hal Ini Membuat China Tidak Senang

549

Who’s just received an extension for her employment contract?

Gambar: iNews.id

Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen.
Weekend kemarin, presiden inkumben Taiwan, namanya Tsai Ing-wen uda fix menang pilpres dan bakal menjabat lagi untuk periodenya yang kedua. Tsai menang jauh dibanding pesaing terdekatnya, Han Kuo-yu dengan selisih suara yang mencapai 20 persen. FYI, this result makes China… unhappy. 

China unhappy mulu de…gak di Hong Kong, gak di Natuna…
Yha gitu. Jadi kalo di Taiwan ini, unhappy-nya gara-gara Tsai merupakan pemimpin dari partai progresif yang berprinsip bahwa Taiwan ini merdeka dari China. Di pidato kemenangannya aja, Tsai bilang bahwa “Taiwan adalah negara merdeka dan demokratis, dan ga akan menyerah pada ancaman dan intimidasi,” Gitu.

Olrite I am not familiar with this issue. Background please…
You got it. Jadi gini gengs, back, baaack di tahun 1920-an, China mengalami perang civil aka civil war. Civil war ini terjadi antara partai nasionalis, namanya Kuomintang (KMT) yang dipimpin sama Chiang Kai-shek, dan partai komunis, namanya Chinese Communist Party (CCP) yang dipimpin sama Mao Zedong. Nah, selama perang ini, masing-masing partai berusaha menyebarkan pengaruh ideologinya ke berbagai wilayah di China, sampe di tahun 1949-an, gak lama setelah perang dunia II berakhir…

Go on…
Kelompok nasionalisnya Chiang Kai-shek makin terdesak dan kemudian kalah, ditandai dengan dideklarasikannya RRC sebagai negara komunis sama Mao Zedong. Nah, karena kalah, Kai-shek dan sekitar dua jutaan pendukungnya cusss ke Taiwan di mana dia jadi pemimpin selama 25 tahun. Selama kepemimpinannya itu, Kai-shek memerintah dengan tangan besi, di mana hal-hal kayak kebebasan pers, pembentukan partai politik, sampe kritikan terhadap pemerintah nggak diperbolehkan. Sepanjang rezimnya, Kai-shek juga disebut bertanggungjawab atas hilangnya sekitar 30,000 orang intelektual Taiwan yang diduga bersebrangan sama partainya, si KMT tadi.

Advertisement

I see… what about now?
Nah, barulah setelah Kai-shek meninggal, Taiwan berubah jadi negara yang demokratis, bahkan salah satu yang paling demokratis di Asia (Read: first country in Asia that has legalized same-sex marriage, everyone?). Dalam politik, KMT yang tadinya merupakan satu-satunya partai di Taiwan mulai punya oposisi, namanya Democratic Progressive Party (DPP), yang merupakan partainya Tsai Ing-wen. Nah, di pemilu kemarin, Tsai Ing-wen menang telak dan hal ini menunjukkan bahwa warga Taiwan mendukung negaranya untuk nggak dikontrol China. Makanya China unhappy.

Emang hubungan China sama Taiwan gimana si?
Rebek de. Jadi menurut China, Taiwan ini termasuk ke dalam wilayahnya, sedangkan menurut Taiwan, ya mereka merupakan negara merdeka. Tapi Taiwan juga ada dua versi gengs. Versinya KMT, mereka mau reunifikasi sama China, sedangkan versi DPP, mereka emang beneran merdeka aja gitu.

Terus yang menang pemilu jadinya DPP?
Yoi. Bahkan sejak 2016 lalu, KMT ni udah kalah pemilu dan kebalik, sekarang mereka jadi oposisi. Meanwhile, DPP ini progresif, anti komunis, dan maunya Taiwan jadi negara merdeka. Titik. So China was like “pake one country two system ajadeeee kayak di Hong Kong” and DPP was like “No thanks”.

Why?
Menurut Tsai, sistem ini nggak cocok sama Taiwan dan apparently, pandangan ini didukung sama 57% orang yang nyoblos beliau di pemilu kemarin, dan mayoritas pendukungnya adalah anak muda.

Ooooolrite. Wrap it up.
Well, China says mereka bakal teteup dengan posisinya bahwa Taiwan adalah bagian dari China, dan kemaren banget nih, Presiden Tsai bilang bahwa Taiwan udah merdeka, jadi bahkan mereka nggak perlu deklarasi-deklarasian lagi. Jeng jeeeeeeng…

Advertisement