Komisioner KPU Wahyu Setiawan Ditangkap KPK

684

Good morning, welcome back to Monday. Let’s start your day with the curious case of PDIP. Jump in.

Sumber Gambar: indonesianinside.id

Jadi gengs, kamu pasti inget bahwa minggu lalu, terjadi OTT alias Operasi Tangkap Tangan atas Komisioner KPU, Wahyu Setiawan.

Remind me again.

You got it. Jadi Hari Kamis minggu lalu, Mas Wahyu ini ditangkap KPK karena diduga menerima suap terkait jabatan Pengganti Antar Waktu (PAW) di DPR RI. Jadi awalnya, pas pemilu legislatif di Bulan April 2019 lalu, ada seorang calon anggota DPR RI dari PDIP yang lolos ke DPR, namanya Nazaruddin Kiemas. Nah, tiga minggu sebelum pencoblosan, Pak Nazar ini meninggal dunia, namun hasil pemilu menentukan bahwa beliau dapet suara terbanyak di Dapilnya Sumatra Selatan I.

Terus…

Well, secara beliau uda meninggal, akhirnya dilakukanlah penentuan atas penggantinya di DPR. Nah, sebagai penyelenggara pemilu, KPU menentukan bahwa caleg dengan suara terbanyak kedua, namanya Riesky Amalia, sebagai pengganti Pak Nazar. Sedangkan pihak PDIP merekomendasikan kadernya yang lain, namanya Harun Masiku. Sampai di sini, dilakukanlah lobi-lobi minta tolong ke Mas Wahyu biar Pak Harun aja yang dilolosin jadi Plt. So Mas Wahyu was like, “You got it! Tapi kasih owe duit Rp. 900 juta yha…” (Catch Up! more on Wahyu Setiawan’s case, here)

I see, go on.

Nah, selain Mas Wahyu, pada OTT itu, KPK juga ikut mengamankan dua orang yang diduga ada hubungannya sama PDIP, namanya Doni dan Saeful. Nah, this is where things got interesting…

Why?

Karena keduanya ini diduga sebagai utusan PDIP yang ngasi duit ke Mas Wahyu. Disebut juga bahwa keduanya ini adalah stafnya Sekjen PDIP, Hasto Kristianto. To give you context, sekjen itu kayak orang kedua di partai lah, setelah Ketum, so we’re talking about a VVVVVIP person in PDIP here…
Advertisement

Well, Mas Hasto pasti ada penjelasan dong…

Iya. Beliau bilang bahwa ada pihak-pihak yang punya kepentingan yang mau melakukan framing atas dirinya. Mas Hasto juga menyebut bahwa pihak PDIP nggak pernah melakukan lobi-lobi soal PAW di DPR karena prosesnya yang rigid. Meski begitu, Mas Hasto juga bilang bahwa dia siap dateng kalo dipanggil KPK.

I heard there’s also something about “penggeledahan”?

Yeah, that too. Jadi katanya, minggu lalu KPK uda mau menggeledah kantor DPP PDIP terkait kasusnya Mas Wahyu ini, namun gajadi karena para penyidik KPK ini belum punya izin untuk penggeledahan. FYI gengs, emang sejak UU KPK yang baru berlaku, KPK ini kalo mau melakukan penggeledahan harus dapet izin dari Dewan Pengawas. Nah, rencananya, penggeledahan ini jadinya dilakukan minggu ini.

Hah, kelamaan dong?

Yep, that’s what people are worrying about. Menurut ICW aka Indonesian Corruption Watch, keharusan untuk adanya izin dari Dewas ini bikin proses pengumpulan bukti oleh KPK jadi berbelit-belit dan bahkan ada potensi barang bukti keburu berpindah tangan, bahkan ilang.

PDIP ada komentar nggak?

Ada. Menurut Ketua DPP PDIP Pak Djarot Syaiful Hidayat, pihaknya bakal kooperatif kok sama KPK terkait isu ini. Beliau juga mempersilakan KPK untuk mengggeledah kantornya. Selain itu, Pak Djarot juga mengakui bahwa minggu lalu emang ada pihak KPK yang ke kantor PDIP untuk melakukan penggeledahan, tapi batal gara-gara penyidiknya gabisa menunjukkan surat izin penggeledahan tadi.
Advertisement