Ghosting dari Meeting, Radikalisme, Malindo Air Tergelincir, Pembunuhan Khashoggi, Kasus Novel Baswedan

1036

It’s Friday. Catch me up! with something to talk about over the weekend.


“Harusnya Pak Menteri WA” ujar anggota DPR RI pas tau Menteri Jonan ga jadi ikutan rapat di Senayan.
 
Di jaman yang makin connected kayak sekarang ini, ghosting dari meeting padahal udah janjian tentunya ga cuma terjadi di dunia Tinder, tapi juga di Senayan, a.k.a DPR RI. Tapi tenang, insiden kecil antara Menteri ESDM Ignasius Jonan dan anggota DPR RI Komisi VII ini cuma karena miskomunikasi aja kok.

Give me some background.

Jadi ceritanya, Hari Kamis kemarin Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan uda janjian untuk rapat kerja bareng DPR RI. Rapat ini agendanya bakal dilakukan jam 10 pagi, dan tepat jam 10, Pak Jonan dan wakilnya Pak Archandra Tahar udah nyampe gedung DPR RI. Tapi ternyata sampe sejam kemudian, meetingnya belum dimulai juga. Karena ngaret, akhirnya Jonan dan Tahar meninggalkan DPR.

The story is so familiar. Terus kenapa DPR rapatnya ngaret?

Karena DPR masih ada rapat sama Kementerian Lingkungan Hidup. Sebenernya, pas tau Menteri Jonan udah dateng, DPR langsung menunda rapat sama jajaran KemenLH tersebut. Tapi pas mereka nyampe ke ruang rapat, eh, Jonannya udah ga ada.

“Harusnya Pak Menteri WA..”

Iya, itu komentar anggota DPR RI Datuk Alam pas tau kalo Jonan udah cabut. Menurut dia, kalo Jonan ngabarin kan dia bisa lanjut meeting sama KemenLH.

Akhirnya mereka jadi meeting gak?

Jadi dong, cuma meeting-nya jadi diundur ke jam 2 siang dan baru berakhir menjelang sore. Sebelum mulai meeting, anggota DPR juga sempet minta maaf sama Jonan karena meeting-nya jadi ga sesuai jadwal.

Pada rapat kemarin, DPR dan Jonan membahas banyak hal, seperti anggaran tahun 2020, pembangkit listrik sampe subsidi listrik.

Moral of the story: jangan ghosting beb, kabarin aja.


Satu kata yang sering kamu denger akhir-akhir ini..

Radikalisme

Yep, akhir-akhir ini pemerintah lagi berbenah banget untuk mengantisipasi tumbuh suburnya radikalisme di tanah air. Mulai dari tim seleksi KPK yang menggandeng Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) untuk mastiin kalo calon pimpinan KPK enggak terpapar paham radikal, sampe pernyataan Menteri Pertahanan yang bilang kalo seenggaknya ada 3 persen anggota TNI yang jadi radikal.

Maksud radikal di sini adalah..
Pak Menhan sih bilang, para tentara yang menganut paham radikalisme jadi ga percaya sama ideologi Pancasila dan ingin mengganti ideologi negara menjadi ideologi khilafah atau negara Islam.

Terus, kenapa paham radikalisme bahaya?
Karena radikalisme bisa jadi bibit dari terorisme yang akan sangat berbahaya buat Indonesia. Salah satu contoh radikalisme yang nyeremin adalah keberadaan ISIS di Suriah yang bikin negara itu porak poranda.


Mau terbang ke Kuala Lumpur, pesawat Malindo Air tergelincir di Bandung


Kok bisa?
Yep, hari Kamis kemarin, pesawat Malindo Air yang rencananya akan bertolak ke Kuala Lumpur pada jam 2 siang keluar dari landasan pas mau take-off

Advertisement
dari Bandara Husein Sastranegara di Bandung. Pesawat itu mengangkut 122 orang yang semuanya selamat dan sudah dievakuasi. Akibat dari kejadian ini, bandara Husein Sastranegara ditutup sementara sedangkan para kru pesawat langsung menjalani tes urine.


Saudi Arabia is under the spotlight. Bad spotlight.

What kind of bad spotlight?
Laporan terbaru PBB menyatakan bahwa pemerintah Arab Saudi harus diselidiki atas dugaan pembunuhan.Pembunuhan siapa?
Jamal Khashoggi. Khashoggi adalah seorang wartawan slash aktivis pro-demokrasi Arab Saudi yang dibunuh dan dimutilasi saat dia mendatangi kantor konsulat Arab Saudi yang ada di Istanbul, Turki. Awalnya, raja Arab Saudi Muhammad bin Salman ga ngaku kalo dia memerintahkan pembunuhan tersebut, tapi akhirnya mereka ngaku juga. Nah, untuk menyelidiki lebih jauh tentang kasus ini, PBB melakukan investigasi dan hasilnya baru aja dirilis hari Rabu kemarin.

Dan isi hasil investigasinya?
Secara meyakinkan mereka bilang kalau pemerintahan Arab Saudi bertanggung jawab atas pembunuhan ini, dan telah ditemukan “bukti yang kredibel” yang menunjukkan bahwa raja Muhammad bin Salman terlibat secara langsung dalam pembunuhan ini.

Terus kata arab Saudi?
Hasil investigasi PBB adalah “tuduhan tanpa dasar” 

Kenapa pemerintah Arab Saudi memerintahkan pembunuhan Khashoggi? 
Karena pandangan politiknya. Sebagai jurnalis, Khashoggi banyak menulis artikel yang mengkritisi Arab Saudi, yang juga merupakan salah satu negara paling konservatif di dunia. Khashoggi juga sering mengkampanyekan isu-isu progresif  di Arab Saudi seperti kebebasan berpendapat, persamaan hak antara laki-laki dan perempuan hingga kebebasan pers.Yep, they don’t have such thing in that part of the world.


Apa kabar Novel Baswedan?

Should’ve been better. Hari Kamis kemarin, Novel mendatangi KPK untuk memberikan keterangan kepada Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) tentang kasus penyerangannya.

Penyerangan apa ya? 
Jadi pada April 2017 lalu, Novel Baswedan yang merupakan penyidik senior di KPK (a.k.a kerjanya menyelediki kasus-kasus korupsi para pejabat) disiram air keras pas dia baru pulang solat subuh dari masjid. Akibatnya, mata kiri Novel mengalami kerusakan parah. Nah, sejak 2017 sampe sekarang, belum ketauan siapa yang nyerang Novel dan apa motifnya, tapi kuat dugaan, penyerangan terjadi karena Novel sering menyelidiki kasus-kasus korupsi kelas kakap. Shady. 

Terus, Novel ngasih keterangan apa aja pas ke KPK?
Menurut kuasa hukumnya, Novel nyebut kalo ada anggota kepolisian yang diduga terlibat dalam kasus penyerangannya, dan polisi itu berkaitan dengan kasus Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK terhadap kasus reklamasi yang melibatkan pengusaha.


 

Advertisement